Jumat, 26 April 2013

CERPEN



LIKU-LIKU CINTA
          Seorang pangeran yang bernama Agung Tirta Sulistyana dari kerajaan Mangkubumi, Solo yang terkenal bijaksana, penyayang, tidak sombong, dan pantang menyerah . Pangeran tidaklah bersifat seperti anak Raja biasanya, tapi dia selalu berpenampilan sederhana dan mempunyai pola hidup yang sederhana. Pangeran biasa di panggil Tirta. Ibunya meninggal saat masih kecil, sekarang dia hanya tinggal bersama ayah dan saudara-saudaranya. Kini Tirta menduduki bangku sekolah SMA kelas 10.
          Sejak Tirta SMP kelas 8 sudah mempunyai pacar yang bernama Angelika Ayu Linda, biasa di panggil Linda. Linda adalah anak yang peduli terhadap sesama dan pintar. Hubungan mereka berawal dari handphone baru milik Linda saat itu. Saat Linda belum mengerti cara menggunakan handphone, dia belajar menggunakan handphone dengan Tirta karena rumah mereka berdekatan . Dari peristiwa itu mereka saling menyukai dan menyayangi. Berbagai macam keadaan sedih ataupun senang yang mereka hadapi bersama selama 2 tahun ini. Bagi Tirta dan Linda waktu 2 tahun sangatlah singkat, karena mereka menjalani semua keadaan dengan rasa yang tulus dan ikhlas.
          Suatu hari, Tirta harus pindah sekolah ke Jakarta, dikarenakan dia harus ikut keluarganya yang ada di Jakarta. Sebenarnya Tirta sedih dengan semua ini karena dia harus meniggalkan keluarganya dan juga Linda. Seminggu sebelum Tirta berangkat ke Jakarta, tepatnya pada hari minggu pagi yang cerah saat daun masih di selimuti embun. Tirta dengan sengaja datang ke rumah Linda tanpa dia ketahui. Ketika sampai di depan rumahnya, Tirta menelepon Linda. ”kriiiiinnnnngggg...........” bunyi handphone Linda. Dia sedang merapikan dan membersihkan kamarnya segera megangkat teleponnya. “Hallo...assalamu’alaikum Neng.”, kata Tirta. “walaikumsalam Kang, ada apa pagi-pagi telepon ?” jawab Linda. “emmmt...aku di depan rumah Neneng, mari kita jalan-jalan.”, ajak Tirta. ”Tunggu sebentar ya, aku akan keluar.”, dengan sedikit bingung, lalu Linda keluar rumah dan jalan-jalan bersama Tirta. Mereka kemudian jalan bersama ke utara desanya yang penuh pemandangan indah dan sawah-sawah.
          Sedikit pembicaraan basa-basi ketika berjalan selama beberapa menit, lalu di sebuah jembatan mereka berhenti untuk beristirahat sebentar dan Tirta mulai menyampaikan maksudnya. “ Nda, aku mau bicara serius sama kamu.” kata Tirta dengan wajah sedih. “ Bicara aja Tir...”, jawab Linda. “Besuk minggu depan aku harus pindah ke Jakarta, dan selama beberapa tahun. Aku akan kembali kesini kalau sudah mendapat pekerjaan dan bisa membiayai kebutuhan sehari-hari sewaktu kita sudah menjadi sepasang suami istri di kemudian hari”, kata Tirta. Jawab Linda dengan penuh rasa emosi, “kenapa selau mendadak jika bilang mau pergi ?. Ya sudah, pergi saja !. Kalau itu penting untuk kamu, silahkan pergi. Itu juga bukan urusanku, semua kebutuhan hidupmu, kamu yang tahu.”. “Tenanglah sayang...aku pergi tidak lama kalau kita menikmati semua ini, pasti akan terasa cepat” kata Tirta menenangkan Linda. Linda berusaha menenangkan dirinya, lalu berbicara “ baiklah, maafkan aku yang terlalu terbawa emosi. Iya...kamu besuk minggu ke Jakarta saja”.  Setelah pembicaraan itu mereka pulang.
          Tujuh hari kemudian, tibalah saatnya Tirta harus pergi ke Jakarta, dia berpamitan kepada ayah dan saudaranya. Lalu dia mampir ke rumah Linda sebentar untuk mengucapkan selamat tinggal dan sampai jumpa kembali, serta menyampaikan pesan kepada Linda. “ Neng Linda, sekian lama kita menjalin hubungan, dan kita saling mengerti satu sama lain, aku mohon satu saja. Jaga hati kamu, dan tetap semangat belajar untuk menggapai impian. Aku akan pergi sebentar, jika sudah saatnya aku akan pulang dan mempersunting dirimu.”,pesan Tirta. Jawab Linda dengan meneteskan air matanya,“ Baiklah Akang, jaga hatimu juga, hati-hati di jalan. Aku selalu menunggumu disini.” Lalu Tirta pergi, dengan kibasan 5 jari tangan kanan Linda yang seolah meniup Tirta hingga terbang jauh. Kini mereka menjalani hidup masing-masing dan hanya dapat berkomunikasi melalui handphone. Setiap hari, aktifitas komunikasi melalui sms tak kunjung batas antara mereka.
          Suatu hari, setelah 3 minggu Tirta berada di Jakarta, ia jatuh sakit. Saat itu , Linda merasa cemas dan khawatir dengan keadaan Tirta. Nasib sial Tirta sungguh tidak terduga. Tanpa Linda mengetahui bahwa handphone Tirta hilang di maling orang. Tirta juga nampak cemas. Linda saat itu mencoba menghubungi Tirta, selama 2 hari dia tidak bisa menghubunginya, rasa panik Linda memuncak mengakibatkan dia tidak bisa tidur. Linda mencoba menenangkan dirinya, sejenak ia merenungkan diri. Anehnya, tiba-tiba ia mendengar suatu bisikan dari dalam dirinya , seolah-olah Tirta bilang kalau handphonenya hilang. Linda berusaha untuk merasa tenang, karena dia yakin perasaan itu benar meskipun kekhawatirannya masih terasa.
          Saat itu, perasaan khawatir Tirta tak jauh beda dengan Linda. Dengan sifat Tirta yang pantang menyerah, dia berusaha agar bisa mendapat nomor handphone Linda. Untung saja dia mempunyai teman di Jakarta yang kenal dengan Adi, tetangganya di kampung. Pada saat hujan turun lebat, petir yang menyambar-nyambar di sore hari, Tirta relakan jalan kaki sejauh 2 km dari rumahya ke rumah temannya karena saat itu tidak ada angkot yang lewat. Demi mendapatkan nomor telepon Linda, supaya Linda tidak salah paham dengan dia. Dengan kondisi yang kurang sehat Tirta tetap memaksakan dirinya pergi ke rumah temannya.
          Akhirnya sampailah Tirta di tempat temannya, dengan basah kuyup dan badan menggigil dia mengetuk pintu “thuukkkk.....thuk, thuk”, bunyi pintu rumah temannya.  Lalu pintu dibuka oleh temannya itu yang bernama Nur. “Eh...Tirta, ada apa hujan deras begini kesini, mari masuk. Aku ambilkan handuk dan minuman hangat untukmu” kata Nur yang nampak kasihan pada Tirta. “Terima kasih sebelumnya, aku kesini hanya ingin minta nomor teleponnya Adi, kamu punya kan ?.”, tanya Tirta. Jawab Nur sambil jalan untuk mengambilkan handuk dan minuman “ ooo....ya tentu aku punya, sebentar dulu.” Sesudah di ambilkan minum dan handuk, kemudian mereka berbincang-bincang. Dan Nur kemudian memberi nomor teleponnya Adi. Lalu Tirta meminta izin pulang dan berterima kasih kepada Nur.  Setelah sampai rumah dia menelopon Adi dan minta nomornya Linda. Akhirnya dapat, kemudian Tirta menghubungi Linda dan mejelaskan semua.
          Linda sangat terharu akan perjuangan Tirta demi dia walaupun Tirta sakit dan kehujanan. Setelah itu mereka dapat berkomunikasi kembali dan sampai akhirnya selama 5 tahun kedepan mereka masih menjalin hubungan dengan langgeng. Saat mereka mulai terjun kedunia kerja, tibalah saatnya Tirta kembali ke kerajaan Mangkubumi di Solo. Tirta melamar Linda dengan mas kawin beberapa batang emas dan seperangkat alat sholat. Lalu mereka menikah dengan pesta pernikahan yang maha dahsyat dengan di saksikan oleh seluruh masyarakat Solo. Dan mereka hidup bahagia selamanya.

KARYA DARI....
Nama       : Yuli Sri Patmi
No absen   : 34
Kelas        : X. H
SMA N 1 KARANGANOM T.A 2012/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar