LIKU-LIKU CINTA
Seorang pangeran yang bernama Agung
Tirta Sulistyana dari kerajaan Mangkubumi, Solo yang terkenal bijaksana,
penyayang, tidak sombong, dan pantang menyerah . Pangeran tidaklah bersifat
seperti anak Raja biasanya, tapi dia selalu berpenampilan sederhana dan
mempunyai pola hidup yang sederhana. Pangeran biasa di panggil Tirta. Ibunya meninggal
saat masih kecil, sekarang dia hanya tinggal bersama ayah dan
saudara-saudaranya. Kini Tirta menduduki bangku sekolah SMA kelas 10.
Sejak
Tirta SMP kelas 8 sudah mempunyai pacar yang bernama Angelika Ayu Linda, biasa
di panggil Linda. Linda adalah anak yang peduli terhadap sesama dan pintar.
Hubungan mereka berawal dari handphone baru milik Linda saat itu. Saat Linda
belum mengerti cara menggunakan handphone, dia belajar menggunakan handphone
dengan Tirta karena rumah mereka berdekatan . Dari peristiwa itu mereka saling
menyukai dan menyayangi. Berbagai macam keadaan sedih ataupun senang yang mereka
hadapi bersama selama 2 tahun ini. Bagi Tirta dan Linda waktu 2 tahun sangatlah
singkat, karena mereka menjalani semua keadaan dengan rasa yang tulus dan
ikhlas.
Suatu
hari, Tirta harus pindah sekolah ke Jakarta, dikarenakan dia harus ikut
keluarganya yang ada di Jakarta. Sebenarnya Tirta sedih dengan semua ini karena
dia harus meniggalkan keluarganya dan juga Linda. Seminggu sebelum Tirta
berangkat ke Jakarta, tepatnya pada hari minggu pagi yang cerah saat daun masih
di selimuti embun. Tirta dengan sengaja datang ke rumah Linda tanpa dia
ketahui. Ketika sampai di depan rumahnya, Tirta menelepon Linda. ”kriiiiinnnnngggg...........”
bunyi handphone Linda. Dia sedang merapikan dan membersihkan kamarnya segera
megangkat teleponnya. “Hallo...assalamu’alaikum Neng.”, kata Tirta. “walaikumsalam
Kang, ada apa pagi-pagi telepon ?” jawab Linda. “emmmt...aku di depan rumah Neneng,
mari kita jalan-jalan.”, ajak Tirta. ”Tunggu sebentar ya, aku akan keluar.”, dengan
sedikit bingung, lalu Linda keluar rumah dan jalan-jalan bersama Tirta. Mereka
kemudian jalan bersama ke utara desanya yang penuh pemandangan indah dan
sawah-sawah.
Sedikit
pembicaraan basa-basi ketika berjalan selama beberapa menit, lalu di sebuah
jembatan mereka berhenti untuk beristirahat sebentar dan Tirta mulai
menyampaikan maksudnya. “ Nda, aku mau bicara serius sama kamu.” kata Tirta
dengan wajah sedih. “ Bicara aja Tir...”, jawab Linda. “Besuk minggu depan aku
harus pindah ke Jakarta, dan selama beberapa tahun. Aku akan kembali kesini
kalau sudah mendapat pekerjaan dan bisa membiayai kebutuhan sehari-hari sewaktu
kita sudah menjadi sepasang suami istri di kemudian hari”, kata Tirta. Jawab Linda
dengan penuh rasa emosi, “kenapa selau mendadak jika bilang mau pergi ?. Ya
sudah, pergi saja !. Kalau itu penting untuk kamu, silahkan pergi. Itu juga
bukan urusanku, semua kebutuhan hidupmu, kamu yang tahu.”. “Tenanglah sayang...aku
pergi tidak lama kalau kita menikmati semua ini, pasti akan terasa cepat” kata
Tirta menenangkan Linda. Linda berusaha menenangkan dirinya, lalu berbicara “
baiklah, maafkan aku yang terlalu terbawa emosi. Iya...kamu besuk minggu ke
Jakarta saja”. Setelah pembicaraan itu
mereka pulang.
Tujuh
hari kemudian, tibalah saatnya Tirta harus pergi ke Jakarta, dia berpamitan
kepada ayah dan saudaranya. Lalu dia mampir ke rumah Linda sebentar untuk
mengucapkan selamat tinggal dan sampai jumpa kembali, serta menyampaikan pesan
kepada Linda. “ Neng Linda, sekian lama kita menjalin hubungan, dan kita saling
mengerti satu sama lain, aku mohon satu saja. Jaga hati kamu, dan tetap
semangat belajar untuk menggapai impian. Aku akan pergi sebentar, jika sudah
saatnya aku akan pulang dan mempersunting dirimu.”,pesan Tirta. Jawab Linda
dengan meneteskan air matanya,“ Baiklah Akang, jaga hatimu juga, hati-hati di
jalan. Aku selalu menunggumu disini.” Lalu Tirta pergi, dengan kibasan 5 jari
tangan kanan Linda yang seolah meniup Tirta hingga terbang jauh. Kini mereka
menjalani hidup masing-masing dan hanya dapat berkomunikasi melalui handphone.
Setiap hari, aktifitas komunikasi melalui sms tak kunjung batas antara mereka.
Suatu hari, setelah 3 minggu Tirta
berada di Jakarta, ia jatuh sakit. Saat itu , Linda merasa cemas dan khawatir
dengan keadaan Tirta. Nasib sial Tirta sungguh tidak terduga. Tanpa Linda
mengetahui bahwa handphone Tirta hilang di maling orang. Tirta juga nampak cemas.
Linda saat itu mencoba menghubungi Tirta, selama 2 hari dia tidak bisa
menghubunginya, rasa panik Linda memuncak mengakibatkan dia tidak bisa tidur.
Linda mencoba menenangkan dirinya, sejenak ia merenungkan diri. Anehnya,
tiba-tiba ia mendengar suatu bisikan dari dalam dirinya , seolah-olah Tirta
bilang kalau handphonenya hilang. Linda berusaha untuk merasa tenang, karena
dia yakin perasaan itu benar meskipun kekhawatirannya masih terasa.
Saat
itu, perasaan khawatir Tirta tak jauh beda dengan Linda. Dengan sifat Tirta
yang pantang menyerah, dia berusaha agar bisa mendapat nomor handphone Linda.
Untung saja dia mempunyai teman di Jakarta yang kenal dengan Adi, tetangganya
di kampung. Pada saat hujan turun lebat, petir yang menyambar-nyambar di sore
hari, Tirta relakan jalan kaki sejauh 2 km dari rumahya ke rumah temannya karena
saat itu tidak ada angkot yang lewat. Demi mendapatkan nomor telepon Linda,
supaya Linda tidak salah paham dengan dia. Dengan kondisi yang kurang sehat
Tirta tetap memaksakan dirinya pergi ke rumah temannya.
Akhirnya
sampailah Tirta di tempat temannya, dengan basah kuyup dan badan menggigil dia
mengetuk pintu “thuukkkk.....thuk, thuk”, bunyi pintu rumah temannya. Lalu pintu dibuka oleh temannya itu yang bernama
Nur. “Eh...Tirta, ada apa hujan deras begini kesini, mari masuk. Aku ambilkan
handuk dan minuman hangat untukmu” kata Nur yang nampak kasihan pada Tirta.
“Terima kasih sebelumnya, aku kesini hanya ingin minta nomor teleponnya Adi,
kamu punya kan ?.”, tanya Tirta. Jawab Nur sambil jalan untuk mengambilkan
handuk dan minuman “ ooo....ya tentu aku punya, sebentar dulu.” Sesudah di
ambilkan minum dan handuk, kemudian mereka berbincang-bincang. Dan Nur kemudian
memberi nomor teleponnya Adi. Lalu Tirta meminta izin pulang dan berterima
kasih kepada Nur. Setelah sampai rumah
dia menelopon Adi dan minta nomornya Linda. Akhirnya dapat, kemudian Tirta
menghubungi Linda dan mejelaskan semua.
Linda
sangat terharu akan perjuangan Tirta demi dia walaupun Tirta sakit dan
kehujanan. Setelah itu mereka dapat berkomunikasi kembali dan sampai akhirnya
selama 5 tahun kedepan mereka masih menjalin hubungan dengan langgeng. Saat
mereka mulai terjun kedunia kerja, tibalah saatnya Tirta kembali ke kerajaan
Mangkubumi di Solo. Tirta melamar Linda dengan mas kawin beberapa batang emas
dan seperangkat alat sholat. Lalu mereka menikah dengan pesta pernikahan yang
maha dahsyat dengan di saksikan oleh seluruh masyarakat Solo. Dan mereka hidup
bahagia selamanya.
KARYA
DARI....
Nama :
Yuli Sri Patmi
No absen : 34
Kelas :
X. H
SMA N 1 KARANGANOM T.A 2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar